Pagi
yang indah. Udara yang sejuk. Langit terlihat seperti mahakarya seorang pelukis
dengan riuk ombak awan yang bertebaran kesana kemari. Pepohonan bergoyang pelan
yang menghasilkan angin sepoi-sepoi bak kipas angin “cosmos” yang dinyalakan
dengan level nomor dua. Seekor burung bersiul pelan bersama beberapa lainnya
secara bergantian yang terdengar seperti suara musik mainan anak-anak.
Hari
ini, kami akan berangkan ke Bali, tempat yang dijuluki pulau dewata. Aku
berangkat bersama empat orang temanku, tiga orang laki-laki dan seorang
perempuan. Kami akan berangkat dengan pesawat Lion air yang dijadwalkan take
off pada pukul 17.45 waktu Indonesia tengah. Oh iya, kami akan berangkat
dari Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan.
Sambil
menunggu boarding, aku akan menceritakan tentang teman-teman yang
berangkat bersamaku. Yang pertama, namanya Zulfahmi, dia biasa dipanggil Fahmi.
Dia adalah mahasiswa pendidikan bahasa Inggris UIN Alauddin. Dia adalah yang
paling dewasa diantara kami, baik secara usia ataupun secara sikap. Tapi dia
mudah bergaul, kocak, asik dan seru. Saat kami terlihat atau merasa mengantuk
saat menunggu boarding, dia tak jarang membuat kekonyolan yang memancing
tawa kami berempat.
Berikutnya,
ada Muhammad Fahmi Masda. Dia bersifat kontras dari Zulfahmi meskipun sama-sama
dipanggil Fahmi. Fahmi yang satu ini terlihat lebih cool dan jaim. Tapi,
wawasannya tidak sama sedikitnya dengan jumlah kata yang ia keluarkan jika dibandingkan dengan Fahmi
yang pertama. Dia adalah mahasiswa hubungan internasional Unhas. Selain itu,
dia juga seorang debater yang punya pengalaman segudang. Sebelum berangkat
bersama kami, dia merupakan juara National University Debating Championship
(NUDC) tingkat wilayah Kopertis IX yang meliputi Pulau Sulawesi, Provinsi
Gorontallo dan sebagian wilayah timur Indonesia. Sedikit kebayang kan,
bagaimana hebat bahasa Inggrisnya.
Selanjutnya,
ada Fadel Muslaeni. Dialah yang paling lucu diantara kami. Julukan lain
untuknya adalah si pelawak. Ada saja ide konyolnya untuk memancing tawa diantara
kami, regardless any conditions. Sama halnya dengan Fahmi pertama, dia
juga merupakan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris UIN Alauddin
Makassar.
Yang
terakhir adalah yang paling cantik, Sri Wahyuningsih. Ya iyalah yang paling
cantik, secara dia adalah satu-satunya perempuan diantara kami. Kami biasa
memanggilnya Ningsih. Tidak berbeda jauh dengan teman-teman yang saya
perkenalkan sebelumnya, dia juga qualified. Dia merupakan mahasiswi
pendidikan Biologi bilingual Universitas Negeri Makassar.
Satu
lagi! Hampir lupa, ternyata masih ada satu. Dia adalah saya sendiri. Hehe..
Saya Hardillah, teman-teman biasa memanggil saya Dillah. Terdengar seperti nama
perempuan, tapi apalah arti sebuah nama; mawar ketika berganti nama akan tetap
menampilkan kemawarannya-kata Shakespear, Hardillah diganti dengan nama
apapun tetaplah seorang laki-laki. Sama dengan Fahmi pertama dan Fadel, saya
juga kebetulan kuliah di UIN Alauddin Makassar, tapi dengan jurusan yang
sedikit berbeda, bahasa dan sastra Inggris.
Well,
mungkin yang membaca tulisan ini akan bertanya; untuk apa kalian ke Bali?
Liburan? Foya-foya? Hamburin duit berlebih? Dan macam-macamlah. Tapi, semua
pertanyaan-pertanyaan itu will be wrong address jika dialamatkan ke
kami. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sepertinya lebih cocok dialamatkan kepada
orang kaya yang punya ongkos berlebih, dan kami bukan orang kaya itu! Lalu,
untuk apa? Baca terus paragraf selanjutnya ya! Hehe..
Maksud
keberangkatan kami adalah untuk volunteering pada kegiatan Ubud
Writers and Readers Festival (UWRF) 2015, agenda tahunan kesusastraan
terbesar se-Asia. Untuk menjadi volunteer, ada beberapa steps
yang harus diikuti, dan itu tidak bisa dikatakan mudah, bukan juga berarti
sulit, in the middle lah. Bayangkan saja, anda harus bersaing bersama
ratusan orang se-Indonesia dalam proses seleksi!
Acara
ini akan berlangsung selama empat hari. Tapi, kami merencanakan satu minggu to stay in Bali; empat hari volunteering dan sisanya jalan-jalan
keliling Bandung, eh, Bali maksudnya. Sesuai nama acaranya, Ubud Writers and
Readers Festival, acara ini juga akan bertempat di Ubud, salah satu tempat
wisata paling sejuk dan hijau yang ada di Bali. Hamparan sawah yang luas,
pepohonan yang rindang, serta bukit-bukit hijau yang mengelilingi benar-benar
memanjakan mata siapa saja yang melihatnya.
Oh
iya, akhirnya tiba juga panggilan untuk boarding. Kami pun mengemasi
barang-barang. Bersiap-siap. Mengecek sekitaran kami untuk memastikan tidak ada
yang ketinggalan. Saling menatap satu sama lain dan mengacungkan jempol. Semua
aman! Kamipun berjalan pelan menuju pintu pesawat. Masuk ke pesawat,
mencocokkan nomor kursi pada tiket dengan barisan ratusan kursi yang berjejer
dalam pesawat. Ketemu! Kami duduk masing-masing di kursi kami. Setelah beberapa
selingan dari pramugari dan pramugara, pesawat akhirnya take off. Bergerak
vertikal setinggi ribuan kaki, dan horizontal sejauh ribuan mil.
To be continued...
Hayam Wuruk, Bali, Oktober 2015